Irvan

http://irvan-ushuluddin.blogspot.co.id/
alumni mahasiswa UIN AR-RANIRY,Fakultas Ushuluddin Aqidah dan Filsafat.
About Me
setelah menamatkan sekolah swasta (MIS Tuwi Kareung) di Kecamatan Pasie Raya (dulunya Teunom), Kab Aceh Jaya, untuk tingkat pertama kemudian melanjutkan SLTP N 3 teunom selesai tahun 2005, setelah itu melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 2 MEULABOH selesai tahun 2008, kemudian masuk ke Universitas UTU Meulaboh dan alhamdulillah tidak Selesai hehheh..., tahun 2009 masuk ke UIN Ar-Raniry di Fak. Ushuluddin siap pada tahun 2013 , sekarang sedang mengikuti program Pasca Sarjana UIN AR-RANIRY .

Minggu, 06 Maret 2016

 Menjelang "Khenduri Raya" 2017




Detik-detik “Khenduri Raya” Demokrasi di Aceh hampir tiba saatnya, persiapan-persiapan menjelang hari H pun terus dipersiapkan. Kesiapan tersebut tentunya harus matang dan sempurna, tidak boleh dengan “peunyum-peunyum”  baik dari sisi regulasi dan juga teknis pelaksanaanya, dengan demikian khenduri yang akan dilaksanakan nantinya sesuai dengan harapan seluruh elemen masyarakat. Kepuasan masyarakat dalam mengikuti pesta demokrasi tersebut akan berdampak bagi stabilitas keamanan di Aceh kedepannya.
Seluruh elamen wajib mempersiapkankan diri secara  maksimal, termasuk para bakal calon (Balon) pemimpin daerah baik Tk.I maupun Tk.II. Tanpa persiapan yang matang kemungkinan berhasil dalam pertarungan merebut posisi menjadi orang nomor satu baik ditingkat kabupaten maupun provinsi sangat minim, dengan demikian para balon-balon tentunya akan mengerahkan segala bentuk bentuk kekuatan baik mental maupun fisik.
Menjelang pilkada 2017, masih sama seperti Pilkada-Pilkada sebelumnya mengenai persiapan balon-balon yang akan menjadi “petarung” dalam ajang yang dilaksanakan 5 tahun sekali tersebut.  Persiapan finasial adalah yang pertama yang harus disiapkan dan ini telah menjadi rahasia umum. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk mencalonkan diri sebagai seorang pemimpin membutuhkan dana yang besar, jika tidak didukung oleh finansial yang mapan jangan bermimpi untuk duduk di kursi empuk yang ramai diperebut orang juga jangan berandai-andai membuat perubahan meskipun punya pemikiran.

“Cheeleader“ Pilkada
Setelah finansial, hal yang harus diperhatikan adalah tim yang membuat opini-opini bahkan sampai pada tahap Justifikasi, yang secara loyal memberikan dukungan kepada “petarung”  yang akan berlaga di “arena” nantinya dalam istilah permainan basket, tim ini dikenal dengan sebutan “cheerleader”. Cheerleader inilah yang nantinya akan mendampingi “petarung” yang akan berlaga dengan segala motivasi yang dimiliki.
Dalam Istilah originnya kelompok ini dikenal dengan sebutan tim pemenangan atau tim sukses (TIMSES). Pergerakan atau kegiatan yang dilakukan oleh timses atau “cheerleader” ini selalu berkaitan dengan upaya memenangkan  calon yang membentuk tim tersebut. Timses biasanya tidak akan memberikan kritik kepada para “petarungnya” selama keduanya saling menguntungkan.
Pengaruh tim sangat besar dalam menentukan Keberhasilan seorang pada ajang pesta demokrasi ini. Perannya yang sangat besar inilah terkadang para “petarung” terkecoh dengan pangaruh “cheeleader”nya. Dalam bahasa Aceh sering disebut dengan istilah peugrob, peuek (menipu) yang akibatnya sangat fatal bagi para petarung itu sendiri. Tim hanya mengambil keuntungan finansial padahal jauh sebelumnya ia sudah mengetahui bahwa kemungkinan berhasil 0, 0 %.
Kejelian para “petarung” sangat dibutuhkan dalam hal memilih timnya, selain akan menimbulkan kerugian secara pribadi dan materi, juga akan berdampak kepada tatanan sosial dalam masyarakat sehingga akan menghilangkan sisi kenyamanan bagi masyarakat. Misalnya ketika peraung mengetahui bahwa ia telah di peugrob oleh timsesnya maka kebiasannya akan menimbulkan dendam, dendam itulah yang kemudian akan merusak tatanan kehidupan dalam bermasyarakat
Berbeda latar belakang
Banyak hal yang menarik dalam perumusan tim sukses, dimana proses perekrutannya dengan cara yang sangat bervariasi, ada yang bergabung karena di iming-imingi SK kontrak dan posisi “basah” dalam pemerintahan, itu semua tentunya sebuah janji apabila petarung yang dijagokan menjadi the Winner. Hal menarik disini adalah jika benar seorang calon pemimpin akan membawa timses dalam pemerintahan jika terpilih nantinya karena indikator balas jasa bukankah hal tersebut akan “menenggelamkan” Aceh?.  
Bagi para timses ada sebahagian dari mereka yang mengaku idealis dengan mendukung seorang yang calon yang sangat rasional menurutnya. Mereka tidak mengakui berorientasi dengan uang dan jabatan namun keinginan mereka adalah membuat perubahan bagi masyarakat. Para tipe timses seperti ini  tidak mengambil keuntungan secara finansial namun lebih cenderung keuntungan politis, misalnya mereka ingin memperoleh masa bagi mereka sendiri, terlihat sebagai seorang pahlawan yang pro dengan rakyat. Keuntungan politis yang didapat adalah ketika suatu saat mereka ingin berkarir dalam dunia politik. Jika tim seperti ini dibawa dalam pemerintahan tentunya akan memberi pengaruh yang baik terhadap pemerintahan. Namun yang perlu dipahami bahwa, idealis baru akan terlihat dan bisa di aplikasikan jika perut tidak lagi kosong, minimal terisi secara normal. 
Ada pula tipe yang bergabung dalam sebuah tim memang karena ingin mendapat “recehan” mereka tidak punya visi ke depan, artinya hanya ingin memanfaatkan moment demi pundi-pundi yang bisa mengisi perut. Biasanya mereka adalah pengikut-pengikut dari koordinator tim yang suka meron-ron (beduyun-duyun) kemana angin membawa, loyalitas pendukung yang seperti ini perlu dipertanyakan. kemudian kalangan yang seperti ini belum layak berada dalam pemerintahan jika petarung yang didukungnya meraih poin tertinggi dalam pertandingan.

Mahasiswa dan Tim Sukses
Memang sudah seharusnya pemuda memberikan kontribusi dalam dunia politik, sangat banyak ide-ide kreatif yang lahir dari para pemuda, dimensi positif lainnya ialah semangat yang membara dalam diri pemuda yang membuat ia mampu memberi pengaruh besar bagi bangsa dan negara. Bapak pendiri bangsa mengatan “berilah aku sepuluh pemuda, maka aku akan menguncangkan dunia” boleh jadi kreatif, dan bersemangat merupakan sebagian indikator dari statement bung Karno.
Menilik sejarah pembebasan Negara Republik Indonesia dari Iperialisme, pemuda memiliki peran yang sangat luar sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari sumpah pemuda yang merupakan tonggak utama dalam menggalang semangat meraih kemerdekaan Indonesia.
Mungkin bangsa Indonesia tidak akan lupa kepada aksi mahasiswa yang dilakukan pada tahun 1998, semangat dan perjuangan mahasiswa telah terbukti sangat ampuh dalam melakukan berbagai dan mampu berdiri di garda depan. Sikap kritis, semangat dan juga kreatif senantisa akan melekat pada diri seorang mahasiswa, dengan alasan itulah mahasiswa berhasil membongkar dan merobohkan setan yang berdiri mengakang, itu pada tahun 1998.
Menghadapi “khenduri raya” 2017 banyak rekan-rekan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai timses dengan berbagai nama. Satu hal yang positif ketika para agen of change ini tertarik untuk mengkikuti arus politik di Aceh, sehingga mampu mewarnai arah politik dan menciptakan aceh yang semakin kreatif, semangat dan mandiri kedepannya. Suatu harapan besar jika mengingat peristiwa 1998 dimana mahasiswa mampu menciptakan bangsa Indonesia yang besar menajdi semakin baik, maka tidak mustahil jika mahasiswa tidak mampu membuat perubahan di Aceh.
Bagi para mahasiswa “khenduri” ini juga sebagai ajang pembelajaran politik praktis, tendensi dijadikan sebagai alat untuk memperoleh keuntungan oleh para “senior” yang punya kepentingan dalam “khenduri” 2017 ini, oleh karena demikian sikap hati-hati juga harus diperhatikan oleh mahasiswa mengingat mahasiswa punya rekor bagus dalam sejarah bangsa. Jika tidak mampu berbuat lebih, minimal mampu mempertahankan prestasi.
Setuju atau tidak banyak juga mahasiswa yang tergabung dalam berbagai timses untuk 2017, sedikit tidaknya akan kehilangan sikap kritis, indikator kehilangan sikap kritis tersebut adalah ketika mahasiswa mengedepankan kepentingan individual dengan mengabaikan kepentingan orang banyak.
“Khenduri raya” ini merupaya upaya untuk menciptakan babak baru dalam sejarah perpolitikan  Aceh, banyak pertanyaan yang kita munculkan, banyak asusmsi yang dapat kita asumsikan namun energi positif haruslah selalu ditebarkan, para pemuda adalah harapan besar bangsa semoga mereka mampu memperbaiki sistem jika seandainya ada sistem yang sudah tidak layak pakai.


0 komentar:

Posting Komentar