Menjelang "Khenduri Raya" 2017
Detik-detik “Khenduri Raya” Demokrasi di Aceh hampir
tiba saatnya, persiapan-persiapan menjelang hari H pun terus dipersiapkan.
Kesiapan tersebut tentunya harus matang dan sempurna, tidak boleh dengan
“peunyum-peunyum” baik dari sisi
regulasi dan juga teknis pelaksanaanya, dengan demikian khenduri yang akan
dilaksanakan nantinya sesuai dengan harapan seluruh elemen masyarakat. Kepuasan
masyarakat dalam mengikuti pesta demokrasi tersebut akan berdampak bagi
stabilitas keamanan di Aceh kedepannya.
Seluruh elamen wajib
mempersiapkankan diri secara maksimal,
termasuk para bakal calon (Balon) pemimpin daerah baik Tk.I maupun Tk.II. Tanpa
persiapan yang matang kemungkinan berhasil dalam pertarungan merebut posisi menjadi
orang nomor satu baik ditingkat kabupaten maupun provinsi sangat minim, dengan
demikian para balon-balon tentunya akan mengerahkan segala bentuk bentuk
kekuatan baik mental maupun fisik.
Menjelang pilkada 2017,
masih sama seperti Pilkada-Pilkada sebelumnya mengenai persiapan balon-balon
yang akan menjadi “petarung” dalam ajang yang dilaksanakan 5 tahun sekali
tersebut. Persiapan finasial adalah yang
pertama yang harus disiapkan dan ini telah menjadi rahasia umum. Hal ini
mengindikasikan bahwa untuk mencalonkan diri sebagai seorang pemimpin
membutuhkan dana yang besar, jika tidak didukung oleh finansial yang mapan
jangan bermimpi untuk duduk di kursi empuk yang ramai diperebut orang juga
jangan berandai-andai membuat perubahan meskipun punya pemikiran.
“Cheeleader“
Pilkada
Setelah finansial, hal
yang harus diperhatikan adalah tim yang membuat opini-opini bahkan sampai pada
tahap Justifikasi, yang secara loyal memberikan dukungan kepada “petarung” yang akan berlaga di “arena” nantinya dalam
istilah permainan basket, tim ini dikenal dengan sebutan “cheerleader”.
Cheerleader inilah yang nantinya akan mendampingi “petarung” yang akan berlaga
dengan segala motivasi yang dimiliki.
Dalam Istilah originnya
kelompok ini dikenal dengan sebutan tim pemenangan atau tim sukses (TIMSES).
Pergerakan atau kegiatan yang dilakukan oleh timses atau “cheerleader” ini
selalu berkaitan dengan upaya memenangkan
calon yang membentuk tim tersebut. Timses biasanya tidak akan memberikan
kritik kepada para “petarungnya” selama keduanya saling menguntungkan.
Pengaruh tim sangat
besar dalam menentukan Keberhasilan seorang pada ajang pesta demokrasi ini.
Perannya yang sangat besar inilah terkadang para “petarung” terkecoh dengan
pangaruh “cheeleader”nya. Dalam bahasa Aceh sering disebut dengan istilah peugrob, peuek (menipu) yang akibatnya
sangat fatal bagi para petarung itu sendiri. Tim hanya mengambil keuntungan
finansial padahal jauh sebelumnya ia sudah mengetahui bahwa kemungkinan
berhasil 0, 0 %.
Kejelian para
“petarung” sangat dibutuhkan dalam hal memilih timnya, selain akan menimbulkan
kerugian secara pribadi dan materi, juga akan berdampak kepada tatanan sosial
dalam masyarakat sehingga akan menghilangkan sisi kenyamanan bagi masyarakat.
Misalnya ketika peraung mengetahui bahwa ia telah di peugrob oleh timsesnya maka kebiasannya akan menimbulkan dendam,
dendam itulah yang kemudian akan merusak tatanan kehidupan dalam bermasyarakat
Berbeda
latar belakang
Banyak hal yang menarik
dalam perumusan tim sukses, dimana proses perekrutannya dengan cara yang sangat
bervariasi, ada yang bergabung karena di iming-imingi SK kontrak dan posisi
“basah” dalam pemerintahan, itu semua tentunya sebuah janji apabila petarung
yang dijagokan menjadi the Winner.
Hal menarik disini adalah jika benar seorang calon pemimpin akan membawa timses
dalam pemerintahan jika terpilih nantinya karena indikator balas jasa bukankah
hal tersebut akan “menenggelamkan” Aceh?.
Bagi para timses ada
sebahagian dari mereka yang mengaku idealis dengan mendukung seorang yang calon
yang sangat rasional menurutnya. Mereka tidak mengakui berorientasi dengan uang
dan jabatan namun keinginan mereka adalah membuat perubahan bagi masyarakat.
Para tipe timses seperti ini tidak
mengambil keuntungan secara finansial namun lebih cenderung keuntungan politis,
misalnya mereka ingin memperoleh masa bagi mereka sendiri, terlihat sebagai
seorang pahlawan yang pro dengan rakyat. Keuntungan politis yang didapat adalah
ketika suatu saat mereka ingin berkarir dalam dunia politik. Jika tim seperti
ini dibawa dalam pemerintahan tentunya akan memberi pengaruh yang baik terhadap
pemerintahan. Namun yang perlu dipahami bahwa, idealis baru akan terlihat dan
bisa di aplikasikan jika perut tidak lagi kosong, minimal terisi secara
normal.
Ada pula tipe yang
bergabung dalam sebuah tim memang karena ingin mendapat “recehan” mereka tidak
punya visi ke depan, artinya hanya ingin memanfaatkan moment demi pundi-pundi
yang bisa mengisi perut. Biasanya mereka adalah pengikut-pengikut dari
koordinator tim yang suka meron-ron (beduyun-duyun) kemana angin membawa,
loyalitas pendukung yang seperti ini perlu dipertanyakan. kemudian kalangan
yang seperti ini belum layak berada dalam pemerintahan jika petarung yang
didukungnya meraih poin tertinggi dalam pertandingan.
Mahasiswa
dan Tim Sukses
Memang sudah seharusnya
pemuda memberikan kontribusi dalam dunia politik, sangat banyak ide-ide kreatif
yang lahir dari para pemuda, dimensi positif lainnya ialah semangat yang
membara dalam diri pemuda yang membuat ia mampu memberi pengaruh besar bagi
bangsa dan negara. Bapak pendiri bangsa mengatan “berilah aku sepuluh pemuda,
maka aku akan menguncangkan dunia” boleh jadi kreatif, dan bersemangat
merupakan sebagian indikator dari statement bung Karno.
Menilik sejarah
pembebasan Negara Republik Indonesia dari Iperialisme, pemuda memiliki peran
yang sangat luar sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari sumpah pemuda yang
merupakan tonggak utama dalam menggalang semangat meraih kemerdekaan Indonesia.
Mungkin bangsa
Indonesia tidak akan lupa kepada aksi mahasiswa yang dilakukan pada tahun 1998,
semangat dan perjuangan mahasiswa telah terbukti sangat ampuh dalam melakukan
berbagai dan mampu berdiri di garda depan. Sikap kritis, semangat dan juga
kreatif senantisa akan melekat pada diri seorang mahasiswa, dengan alasan
itulah mahasiswa berhasil membongkar dan merobohkan setan yang berdiri
mengakang, itu pada tahun 1998.
Menghadapi “khenduri
raya” 2017 banyak rekan-rekan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai timses
dengan berbagai nama. Satu hal yang positif ketika para agen of change ini tertarik untuk mengkikuti arus politik di Aceh,
sehingga mampu mewarnai arah politik dan menciptakan aceh yang semakin kreatif,
semangat dan mandiri kedepannya. Suatu harapan besar jika mengingat peristiwa
1998 dimana mahasiswa mampu menciptakan bangsa Indonesia yang besar menajdi
semakin baik, maka tidak mustahil jika mahasiswa tidak mampu membuat perubahan
di Aceh.
Bagi para mahasiswa
“khenduri” ini juga sebagai ajang pembelajaran politik praktis, tendensi
dijadikan sebagai alat untuk memperoleh keuntungan oleh para “senior” yang
punya kepentingan dalam “khenduri” 2017 ini, oleh karena demikian sikap
hati-hati juga harus diperhatikan oleh mahasiswa mengingat mahasiswa punya
rekor bagus dalam sejarah bangsa. Jika tidak mampu berbuat lebih, minimal mampu
mempertahankan prestasi.
Setuju atau tidak
banyak juga mahasiswa yang tergabung dalam berbagai timses untuk 2017, sedikit
tidaknya akan kehilangan sikap kritis, indikator kehilangan sikap kritis
tersebut adalah ketika mahasiswa mengedepankan kepentingan individual dengan
mengabaikan kepentingan orang banyak.
“Khenduri raya” ini
merupaya upaya untuk menciptakan babak baru dalam sejarah perpolitikan Aceh, banyak pertanyaan yang kita munculkan,
banyak asusmsi yang dapat kita asumsikan namun energi positif haruslah selalu
ditebarkan, para pemuda adalah harapan besar bangsa semoga mereka mampu
memperbaiki sistem jika seandainya ada sistem yang sudah tidak layak pakai.
0 komentar:
Posting Komentar