BAB
I
PENDAHULUAN
Tidak
ada asap jika tidak ada api, begitulah kiranya istilah yang cocok ketika
berbicara perihal dilakukannya sebuah gerakan dan upaya pembaharuanatau gerakan
pemurnian dalam konteks apapun. Sebab munculnya sebuah gerakan tentunya sudah
mendarah daging dengan gerakan itu sendiri.
Berlandaskan pada hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya
maka lahirlah upaya-upaya melakukan hal tersebut.
Seperti
yang sudah pernah dibahas pada kajian-kajian sebelumnya, upaya pembahruan di
Mesir sangat gencar dilakukan oleh tokoh-tokoh Mesir itu sendiri, upaya pembaharuan
tersebut sangat terlihat setelah Napoleon Bonaparte melakukan ekspedisi ke
Mesir. Tidak berhenti di situ, upaya-upaya pembahruan dilanjutkan oleh oleh
tokoh-tokoh di mesir seperti, Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin al-Afgani,
Muhammad Abduh dan lain-lain.
Upaya-upaya tersebut memiliki ciri khas dan latar belakang yang khusus.
Pada
periode selanjutnya, upaya pembaharuan dilakukan oleh seorang tokoh ternama
mesir yaitu Hasan al-Banna, jika sebelumnya upaya pembaharuan dilakukan dengan
cara personal, maka ada yang berbeda pada masa Hasan al-Banna, ia
merealisasikan ide-ide pemikirannya melalui sebuah organisasi yang dikenal
dengan nama Ikwanul Muslimin.
Organisasi yang dipimpin oleh Hasan al-Banna ini memiliki pengaruh yang sangat
besar, tidak hanya dirasakan oleh masyarakat mesir tapi juga dibelahan dunia
Islam lainnya.
Berdasarkan
latar belakang yang disebutkan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
membahas tentang organisasi tersebut. Dengan harapan dapat memberikan manfaat
untuk seluruh pembaca makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang lahirnya Ikwanul Muslim
Dalam
catatan sejarah Mesir memiliki peradaban yang tinggi bahkan sebelum masehi,
bahkan dalam perkembangan Islam Mesir memiliki peranan yang sangat penting baik
di zaman Modern maupun pra Modern. Peranan penting tersebut dapat dilihat pada
bidang ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan.
Inggris
mulai menanamkan pengaruhnya di Mesir pada 1875 setelah upayanya menguasai 44 %
saham Terusan Suez yang baru selesai dibangun pada tahun 1869 atas ide insinyur
yang juga seorang diplomat Perancis, Ferdinand de Lessep. Lambat laun, peran
Inggris lebih dominan dibandingkan Perancis. Dampak langsung dan tidak langsung
kehadiran kolonialis yang terjadi pada umumnya wilayah Timur Tengah seperti
disebutkan di atas juga dialami oleh Mesir.
Monopoli perdagangan telah dilakukan
oleh Inggris. Barang-barang impor dari negara lain yang diperkirakan akan
mengancam barang impor serupa dari Inggris dilarang. Suplay kebutuhan umum juga
dikendalikan oleh Suez Canal Company,
milik Inggris yang berkantor di Isma’iliyyah, tempat dimana Ikhwanul Muslim
berdiri. Hasan al-Banna juga pernah langsung mengkritik pihak maskapai Jabasat
al Balah, bahwa pemberontakan buruh yang terjadi pada saat itu, salah satu
sebabnya adalah imbalan kerja yang tidak memadai.[1]
Pada
Tahun 1928 sebuah organisasi pergerakan Islam besar didirikan oleh Hasan
al-Banna di Mesir,[2]
bertepatan pada bulan Dzulqa’dah 1347 H.[3]al-Banna merasakan sangat sedih dengan adanya fenomena
yang berlawanan; kekacauan dan perpecahan politik, makin suburnya dekadensi
moral semakin jauhnya generasi muda dari tradisi agamanya, meluasnya antusiasme
terhadap kebudayaan barat serta berlangsungnya kolonialisme yang menghisap
ekonomi rakyat. Maka dengan tekun ia sebagai guru di siang hari dan mengajar orang-orang tua pada malam hari. Ia
juga mengadakan pertemuan-pertemuan di kedai-kedai kopi, lapangan olah raga, pasar, dan lain-lain untuk mnndengarkan keluhan-keluhan
mereka terhadap situasi yang mengitari mereka.[4]
Tepatnya pada bulan Maret 1928, enam orang pekerja dari
perkemahan Inggris[5],
mendatangi
dan mengadu kepada al-Banna. Dengan suara terbata-bata mereka berkata: kami telah sadar, juga telah
terpengaruh, tetapi kami tidak tahu jalan apa yang harus kita tempuh untuk
kejayaan Islam dan kaum Muslimin. Lalu mereka berbaiat kepada Allah, untuk menjadi tentara Dakwah Islam, demi kejayaan tanah air dan kebangkitan
Bangsa. Lalu salah satu dari mereka mengusulkan tentang nama gerakanyang pantas untuk jama’ah
tersebut. Al-Banna menjawab; “Tinggalkanlah lambang resmi itu! yang terpenting
dalam pertemuan kali ini adalah solusi bagaimana kita keluar dari keterpurukan
ini, kita ini semua bersaudara untuk mengabdi kepada Islam, jadi kita ini,
Ikhwanul Muslimin”.[6]
Organisasi yang didirikan oleh al-Bannna bersama enam orang temannya ini[7]
merupakan organisasi yang memperjuangkan ajaran Islam sebagai ajaran dasar dan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.[8]
Ikhwanul
Muslimin
merupakan sebuah organisasi pergerakan Islam kontemporer yang yang besar di
zaman kontemporer. Seruan adalah kembali kepada Islam sebagaimana termaktub
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta mengajak kepada penerapan syari’at Islam
dalam kehidupan nyata. Dengan tegar gerakan ini mencoba membendung sekularisasi
di dunia arab dan Islam, terutama Mesir.[9]
Gerakan ini menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan Islam lainnya. Ikwanul
muslimin
juga memiliki semangat juang yang sangat tinggi.[10]
B.
Sejarah
Berdiri dan Tokohnya
Pendirinya adalah syeihk Hasan al-Banna
lahir pada tahun 1324-1368 H/1906-1949 M., pada 8 November tahun 1948 perdana
mentri Mesir pada saat itu membekukan Ikhwanul Muslimin menyita kekayaan dan
menagkap tokoh-tokohnya. Pada Desember 1948 narqasyi diculik, tuduhan
penculikan tersebut ditujukan kepada gerakan ikhwanul muslimin, pemerintah
menganggap ikhwanul muslimin yang bertanggung jawab atas penculikan dan
terbunuhnya Perdana Mentri.[11]
1.
Sebelum
terjun ke Politik
Dalam
waktu yang tidak lama, Ikhwan sudah dapat merekrut anggota sebanyak tujuh puluh
orang. Dari langkah-langkah yang di lakukan al-Banna pada periode awal dari
lahirnya Ikhwan tampaklah kecakapan dalam berorganisasi. Ia mampu meyakinkan
Syeikh Hamid ‘Askariyah seorang Da’i yang di tugasi al-Azhar di Isma’iliah
untuk memperkuat Ikhwan. Ia juga mampu mengumpulkan dana dari para pekerja
perusahaan Terusan Suez sebanyak LE 500 untuk di belikan sebidang tanah,
kemudian di tanah itulah didirikan sebuah masjid dan lembaga pendidikan yang
berfungsi sebagai pusat kegiatan dan kantor pusat Ikhwan di Isma’iliyah. Dalam
perkembangaannya kemudian kantor tarsebut juga difungsikan sebagai “perusahaan
kecil” sebagai sumber dana Ikhwan; sekaligus berfungsi sebagai media untuk
menerapkan Syariat Islam, dalam kehidupan sehari-hari.[12]
Merupakan
inti dari dakwah Ikhwanul Muslimin
adalah fiqrah (pemikiran) dan aqidah (keyakinan).[13]
Mereka berupaya menancapkan keduanya ke dalam jiwa semua orang, membangun opini
umum dengannya, dan memantapkan keyakinan setiap orang dengan prinsip yaitu
Islam, Sehingga mereka semua dapat terhimpun dalam satu ikatan yaitu ikatan ukhuah islamiah. Setelah lima tahun mengorganisasi
Ikhwanul Muslimin
di Isma’iliyah, lambat laun Hasan al-Bana mengembangkan dakwahnya keluar
Isma’iliyah. Cabang-cabang Ikhwanul
Muslimin
didirikan di Syibrakhit, mahmudiyah, Abu Suir, Port Said, Bahrus Sagir, Suez
dan Balah. Kemudian tepatnya pada Oktober 1932 Hasan al-Banna pindah dari
Isma’iliyah ke Kairo untuk menjalankan tugas sebagai guru di Madrasah Abbas di
daerah Sabtiyah. Kepindahanya ini akan menjadi era baru bagi Ikhwan. Rupanya
Hasan al-Banna merasa dakwahnya akan lebih sukses di Kairo, hal itu bukan hanya
karena kepadatan penduduknya, akan tetapi karena Kairo merupakan ibu kota Mesir
yang menjadi pusat kegiatan nasional. Untuk itulah ia mengusulkan agar kantor
pusat Ikhwanul Muslimin
di pindahkan ke Kairo, dengan demikian organisasi Ikhwan tidak hanya menjadi
organisasi lokal, tetapi nasional.[14]
2. Setelah
terjun ke dunia politik
Setelah menyaksikan penderitan masyarakat buruh yang tak berujung, Hassan al-Banna memadang perlu organisasinya untuk bergerak dalam bidang politik.
pada mulanya kegiatan politik Ikhwan masih bergerak di bawah tanah dan bersifat
rahasia. Pandangan politiknya di salurkan melalui masjid-masjid. Ikhwan mencari
pendukung dan merintis jalan untuk mendirikan cabang-cabang secara rahasia
melalui masjid.
Empat tahun kemudian Ikhwanul Muslimin mempunyai cabang hampir di seluruh
daerah Terusan Suez. Dikawasan itu di dirikan masjid-masjid, sekolah,
pusat-pusat pengajian dan industri-industri rumah tangga. Selain itu setiap
mendirikan cabang baru Ikhwan juga membangun sekolah untuk pria dan wanita,
disamping mendirikan masjid. Mereka jugamendirikan Rover (penjelajah), sesuatu
gerakan pandu moderen yang melatih para Ikhwan muda secara fisik dan praktis.
Rover ini kemudian menjadi kelompok pemuda yang berkuasa dan besar di Mesir
pada perang dunia II. Ikhwan juga mengadakan sekolah malam untuk kaum pekerja
dan juga bimbingan untuk ujian masuk pegawai negeri.
Organisasi ini mendirikan klinik dan rumah sakit di daerah-daerh pinggiran,
juga mendirikan serikat dagang moderen, dan mengajarkan kepada para pekerja
soal hak-hak mereka. Mereka secara terang-terangan mengumumkan
pengeksploitasian terhadap kaum buruh, yaitu dengan mendirikan pabrik-pabrik
sendiri sertra industri-industri ringan. Kemudian pada tahun 1933, untuk
pertama kalinya Ikhwan menyelenggarakan Muktamar. Pada Muktamar ke-3 tahun 1939
Ikhwanul Muslimin menampakan diri sebagai organisasi politik. Sejak itu gerakan
politiknya makin di segani serta berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat dan Negara Mesir.[15]
Dalam Muktamar
tersebut di hasilkan beberapa program atau misi politik yang secara garis besar
dirumuskan pada dua pokok permasalahan. Pertama,
“Internasionalisasi” yaitu gerakan yang menekankan perjuangan bukan hanya untuk membebaskan
Mesir tetapi juga seluruh tanah air Islam dari cengkraman imperialis. Kedua, menegakan “Negara Islam”
yang merdeka di tanah air tersebut yang mempraktekan prinsip-prinsip Islam
sebagai landasan yang kokoh dalam menerapkan sistem sosial dan menyampaikan dakwah kepada masyararakatnya secara arif dan bijaksana.
Berdasarkan hal itu maka sasaran pokok perjuangan politik Ikhwan tertuju pada
dua hal.
Pertama, Memerdekakan Mesir
dan Negara-negara Islam lainnya dari kekuasaan asing.
Kedua, Mendirikan pemerintahan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist
seperti kekhalifahan.
Untuk mewujudkan konsep khilafah, Ikhwan
menetapkan tahapan-tahapan perjuangan,Pertama, membentuk pribadi muslim (ar-Rajul
al-Muslim). Kedua,
membentuk rumah tangga muslim (al-Bait
al-Muslim). Ketiga, membentuk bangsa muslim (asy-Sya’b al-Muslim) danKeempat, membentuk
pemerintahan muslim (al-Hukumatal-Muslim)[16]
yang perwujudanya di mulai dari tingkat lokal dan pada akhirnya meliputi
seluruh negeri muslim yang bersatu sebagai suatu Negara, yaitu al- Khilafah.[17]
Dalam rangka membangun
dan mengembangkan Ikhwan, al-Banna mengembangkan sistem kaderisasi modern. Pada
tahun 1938 anggota Ikhwan dibagi menjadi batalion-batalion yang masing masing terdiri dari tiga kelompok; satu untuk pekerja,
untukmahasiswa dan satu untuk para pengusaha dan pegawai. Kelompok-kelompok
tersebut seminggu sekali bertemu melaksanakan tahajjud dan latihan sepiritual
bersama-sama.
Pada tahun 1943,
ketika sistem ini tidak mampu menghasilkan orang-orang yang
diharapkan “batalyon” diganti dengan usrah (keluarga) yang masing-masing memiliki
10 orang anggota, merupakan satu unit tersendiri yang memiliki tanggung jawab
atas segala aktifitasnya, yakni memastikan setiap anggotanya melaksanakan
aturan-aturan Islam dan menjauhi yang dilarang.
D.
Metode
Dakwah Ikhwanul Muslimin
Hasan
al-Banna mengatakan bahwa tiga aspek penting dalam dakwah ikhwanul muslimin, aspek tersebut ialah ilmu,
tarbiyah dan jihad. Tiga aspek ini merupakan aspek yang sangat urgen dalam
dakwah, maka agar dakwah sampai kepada tiga aspek tersebut haruslah dilakukan
dengan metode-metode berikut:
1. Metode
halaqah
Melalui metode ini ikhwan dapat
mewujudkan penyebaran Islam tanpa rasa takut dan dapat mengerahkan segala
potensi anggotanya ke jalan yang bermanfaat, sehingga mendapat tsaqafah
Islamiyah secara sempurna. Sistem halaqah ini juga untuk menciptakan opini
publik yang baik. Ia membuka jalan agar ikhwan dapat masuk ke masyarakat.[18]
2. Metode
Usrah
Metode usrah merupakan dakwah
ikwanul muslim yang ke dua, adapun metode ini dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Metode
usrah takwin yang berfungsi mendidik anggota secara Internal
b. Usrah
‘amal yang berfungsi untuk menggali potensi anggota dalam amal sehari-hari yang
mengarah pada realisasi ajaran Islam.
3. Usrah
Amal untuk mewujudkan strategi jihad
Dalam metode ini jihad
dibagi menjadi lima sendi:
a. Jihad
siyasi
b. Jihad
mali
c. Jihad
ta’limi
d. Jihad
lisani
e. Jihad
bi al yad[19]
Selain
itu dalam organisasi memiliki prinsip-prinsip dasar diantaranya:
1. Adanya
aktivitas dakwah
2. Memiliki
keistimewaan kepribadian yang jelas dan memiliki kepribadian yang konkrit
3. Memiliki
kepemimpinan yang berkesadaran tinggi, bijak serta sasaran dan metodenya jelas
4. Memiliki pendukung yang setia yang siap
membawa misi dengan keyakinan dan komitmen yang tinggi
5. Tujuan
jelas
6. Cara-untuk
mencapai tujuan jelas, diketahui tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya
7. Mempunyai
sikap yang jelas terhadap isu-isu yang beredar.[20]
Hasan
al-Banna menyebutkan bahwa karakteristik utama dari gerakan Ikwanul Muslim
sendiri itu ada tiga
1. Berorientasi
ketuhanan (rabbaniyah) yakni berusaha mengajak manusia dekat dengan Allah
2. Bersifat
internasional (alamiyah), yakni
dakwah yang dilakukan secara menyeluruh kepada umat manusia karena pada
dasarnya manusia itu satu keturunan yaitu nabi Adam
3. Bersifat
Islami (Islamiyah), yakni
bersandarkan kepada Islam[21]
E.
Tujuan
Ikwanul Muslimin
1. memperbaiki
pribadi (Islah an-Nafs), dengan
tujuan yang pertama ini nantinya akan terbentuk fisik yang kuat, akhlak yang
mulia, berintelektual, mampu berusaha, beraqidah lurus dan taat dalam beribadah
2. membentuk
rumah tangga yang Islami (Ishlah al-Bait
al-Muslim), terbetuknya keluarga yang islami akan mampu membawa keluarganya
berpegang teguh kepada pemikiran dan etika Islamdi dalam setiap perilaku
kehidupan rumah tangga
3. mengayomi
masyarakat (Islah al-Mujtama)
mengembangkan misi kebaikan dan memerangi kerusakan dan kemungkaran
4. membebaskan
bagsa (Tahrir al-Wathan), segala
bentuk penjahan kekuatan asing non-islam dalam semua aspek
5. memperbaiki
pemerintahan (Islah al-Hukumah),
berlandaskan Islam.
6. Mengembalikan
kekuatan internasional ke tangan umat Islam dengan cara membebaskan
negara-negara islam yang terjajah serta membangun kejayaannya.
7. Memimpin
dunia, yakni dengan menyebarkan dakwah secara menyeluruh ke setiap
daerah-daera, sehingga tidak ada lagi penyesatan dan fitnah terhadap agama
Allah.[22]
F.
Faktor
Keberhasilan dalam Dakwah Ikhwanul Muslimin
1. Karena
Menyeru dengan seruan Allah, yaitu seruan yang paling tinggi
2. Karena
menyerukan fikrah Islam, yaitu fikrah yang paling kuat
3. Karena
Ikhwan mempersembahkan kepada manusia syari’at al-Qur’an, yaitu syari’at yang
paling adil
4. Karena
manusia membutuhkan ketiga hal diatas. Ketiganya erat dengan kebahagian dan kesengsaraan
manusia.[23]
G.
Usaha
yang dilakukan Ikhwanul Muslimin
1. Bidang
sosial
Dalam bidang sosial ikhwanul muslimin telah mendirikan kantor-kantornya
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Memberikan
bantuan kepada orang yang membutuhkan
b. Menyediakan
makanan bagi kaum fakir miskin di kampung
c. Memberikan
training dan mencarikan pekerjaan yang layak
d. Mengajukan
kajian-kajian yang diperlukan umat kepada negara untuk dikaji dan disebar
luaskan
2. Bidang
pertanian
a. Mendirikan
koperasi pemeliharaan sayur dan buah-buahan
b. Koperasi
produk susu
c. Koperasi
budaya poultry
3. Bidang
olah raga
a. Mengadakan
latihan olah raga dipagi hari
b. Penyelenggaraan
rihlah dan camping ke berbagai
wilayah Mesir
c. Membentuk
klub-klub olah raga
4. Bidang
kepaduan
Pelatihan
para remaja sebelum mereka mengabdi kepada masyarakat, ketika kelompok kepaduan
ini bebabaur dengan masyarakat maka meraka akan melakukan pengabdian terhadap
masyarakat.
a. Ilmiah
dan pendidikan, yaitu berupa ceramah-ceramah umum, mendirikan sekolah dan
lembaga pendidikan lainnya
b. Tsaqafah
Islamiah, yaitu depertemen yang mempersiapkan para anggota ikwan yang dari sisi
tsaqafah. Usaha-usaha yang dilakukan oleh bidang ini terkonsentrasi pada
buku-buku, brosur, majalah, surat kabar, dan resepsi pada hari-hari besar Islam
5. Bidang
kewanitaan
Ikhwanul
Muslimin
mendirikan berbagai kelompok Akhawat al-Muslimat di selurh negeri Mesir.
Cabang-cabang nya mencapai 50 yang beranggotakan 5000 ukhti muslimah yang
bergabung. Adapun tujuannya adalah
a. Menyebarluaskan
ajaran Islam yang menjamin pembentukan pribadi-pribadi muslimat yang
berpendidikan
b. Mengenalkan
akwat akan kewajibannya menurut Islam
6. Bidang
Ekonomi
a. Mendukung
ekonomi nasional
b. Mengajurkan
menabung pada lapisan masyarakat
7. Bidang
kesehatan
a. Membangun
klinik dan rumah sakit, mengawasi pengelolaan administrasi
b. Mengupayakan
terwujudnya asuransi kesehatan masyarakat
c. Melakukan
upaya peningkatan taraf kesehatan masyarakat
d. Memperkokoh
hubungan antar lembaga medis internasional dengan cara menukar informasi.[24]
H.
Landasan
Teologis Ikhwanul Muslimin
Sebagai
pendiri organisasi besar ini, al-Banna juga merumuskan merumuskan konsep
ideologi ikhwanul muslimin.
Konsep tersebut dikenal dengan Arkanul
Bai’ah dan juga ushul Isyriin yang
terdiiri dari 20 prinsip, yang mejelaskan Arkanul
Baiah yang pertama. Adapun rukun bai’at tersebut ialah:
1. Pemahaman
(al-Fahm)
Fikrah manusia adalah fikrah Islamiah
murni serta memahami Islam sebagaimana di pahaminya dalam batas-batas ushul isyriin. Adapun prinsip ushul
isyriin adalah sebagai berikut
a. Kesempurnaan
Islam
Islam adalah sistem
yang universal yang mencakup segala aspek kehidupan, maka ia adalah negara dan
tanah air, pemerintahan dan uumat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan
keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan
kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan alam, jihad dan dakwah, pasukan dan
pemikiran. Sebgaimana ia dalah akidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak
kurang dan tidak lebih.
b. Sumber
hukum Islam
Al-Qur’an
dan Sunnah rasul yang suci adalah rujukan setiap muslim untuk mengenal dan
memahami hukum Islam. Al-Qur’an harus dipahami sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa Arab tanpa sikap memaksakan diri dalam memaknai suatu ayat, sehingga
melampaui sewajarnya.
c. Iman,
Ibadah dan Mujahadah
Keimanan
yang murni, ibadah yang benar dan
mujahadah adalah cahaya kelezatan ang di curahkan oleh Allah pada hati
hambanya yang dikehendaki. Sementara ilham, lintasan pikiran dan kasyf
dalam mimpi-mimpi itu semua bukan termasuk syari’at Islam. Maka semua itu tidak
perlu diperhatikan kecualai tidak bertentangan dengan hukum dan teks-teks
agama.
d. Menggunakan
sarana serama bukan sarana jahiliyah
Jimat,
jampi-jampi, perdukunan, peramalan nasib, mengaku mengetahui hal-hal ghaib
adalah kemungkaran yang harus diberantas.
e. Pendapat
Imam
Pendapat
seorang pemimpin atau wakilnya harus diikuti, namun apabila pendapat tersebut
tidak terdapat dalam teks atau nash maka tidak harus diikuti
f. Neraca
untuk menimbang pendapat ulama dan tata etika kepada para pendahulu umat ini.
Setiap
orang dapat ditolak ucapannya kecuali rasulullah Saw. Segala yang datang dari
salafus salih yang sesuai dengan Al-Qur’an kita terima dengan sepenuh hati,
bila tidak maka Al-Qur’an yang lebih utama diikuti. Namun demikian tidak boleh
menjelekkan pribadi mereka dalam permasalahan yang mereka perselisihkan.
g. Ijtihad,
taklid dan kemazhaban
Setiap
muslim yang belum mempunyai kemampuan telaah terhadap dalil-dalil hukum,
hendaklah mengikuti imam. Namun alangkah lebih baik lagi jika mengikutinya itu
diikuti dengan upaya semampunya dalam memahami dalil-dalil yang dipergunakan
oleh imamnya. Dan hendaklah ia menerima masukan atau nasehat yang disertai
dalil
h. Perbedaan
dalam masalah furu’ dan etika dalam perbedaan
Perbedaan
dalam masalah ini hendaknya tidak menjadi pemecah belah dalam agama dan tidak
pula menjadi penyebab dalam permusuhan dan kebencian. Tidak ada larangan dalm
hal melakukan studi ilmiah tetentang persoalan tersebut. Oleh karena itu kita
harus memelihara kesatuan hati dan kejernihan jiwa.
i.
Tidak mempersulit diri dalam beragama
Tidak
memperluas pembahasan hukum pada hal-hal yang tidak pernah terjadi, tentang
ayat-ayat Al-Qur’an yang belum dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan.
Perdebatan dalam membandingkan keutamaan para sahabat dan membicangkan
perselisihan yang terjadi diantara mereka.
j. Iman
kepada Allah dan sifat-sifatnya
Allah
Maha Esa, Maha Suci Dia adalah setinggi-tinggi akidah Islam, adapun ayat-ayat
mengenai sifatnya adalah di dalam al-qur’an adalah mutsyabihat oleh karena itu
kita harus menerima dan mengimani tanpa penakwilan dan juga tanpa pengingkaran.
k. bid’ah
segala
bentuk bid’ah yang tidak mempuyai pijakan, tetapi dianggap bagus oleh hawa
nafsu manusia harus dihilangkan dengan cara-cara yang tidak membawa kepada
kepada permusuhan dan kehancuran.
l.
Jenis-jenis bid’ah dan hukumnya
m. Mencintai
orang shaleh
Menghormati dan mencintai mereka karena
amal baik mereka yang nampak adalah bagian dari taqarub kepada Allah, sedangkan
para Wali adalah orang-orang yang beriman dan mereka itu bertaqwa. Karamah yang
mereka miliki tidaklah memberikan mudharat maupun manfaat bagi mereka ketika
masih hidup maupun setelah meninggal, apalagi untuk orang lain
n. Ziarah
kubur
Ziarah
kubur boleh dilaksanakan dengan cara-cara yang diajarkan rasul, namun tidak
meminta pertlongan, mohon ampun, bernazar, meminta berkah dan lain-lain itu
dalah bid’ah yang harus diberantas.
o. Doa
dan tawassul
Berdo’a dengan menggunakan perantara
dengan salah satu makhluk-Nya adalah perbedaan masalah furu’ tentang tata cara
berdo’a, bukan masalah akidah.
p. Akidah
dan perbuatan hati
Akidah adalah asas bagi aktivitas, amal
hati adalah lebih penting dari[ada amal anggota badan. Namun mencapai mencapai
pada kedua hal tersebut adalah tuntutan syari’at, meskipun kadar tuntutan
berbeda.
q. Kedudukan
akal
Islam mebebaskan akal dan pikiran,
menganjurkan penelitian terhadap alam. Mengangkat derajat ilmu dan ulama dan
menyambut sesuatu yang baik dan bermanfaat
r.
Syari’at lebih didahulukan dibandingkan akal
s. Batas-batas
pengkafiran
Tidak boleh
mengkafirkan orang yang telah mengucap dua kalimah syahadat, mengamalkan
tuntutannya, dan melaksanakan kewajibannya, baik karena pendapat maupun
kemaksiatannya. Kecuali jika ia mengatakan kata-kata kufur atau mengingkari
sesuatu yang telah di akui sebagai azas agama, mendustakan ayat Al-Qur’an yang
sudah jelas maknanya atau menafsirkan dengan cara tidak sesuai dengan kaidah
bahasa arab atau melakukan perbuatan yang tidak dapat ditafsirkan kecuali
kekufuran.
2. Rukun
Ikhlas
Seorang manusia hendaknya mengorientasikan
perkataan, perbuatan, dan jihadnya kepada Allah dang mengharapkan ridha-Nya
3. Rukun
al-Amal
Amal adalah manifestasi dari ilmu dan
keikhlasan, oleh karena itu ilmu tidaka akan bermanfaat jika tidak diamalkan
dengan keikhlasan
4. Rukun
Jihad
Urutan jihad yang pertama adalah
pengingkaran hati dan puncaknya berperang dengan di jalan Allah.
5. at-Thadiyyah
(pengorbanan)
Rela mengorbankan waktu, harta dan juga
jiwa untuk berdakwah
6. at-Tha’ah
(ketaatan)
Melaksanakan perintah dan serta
merealisasikan dalam setiap keadaan, baik dalam keadaan susah maupun senang,
semangat maupun malas
7. ats-Tsabat
(keteguhan)
Hendak seorang seorang akh bekerja
sebagai mujahid dalam memperjuangkan tujuannya, betapapun jauh jangkauan dan
lama waktunya sampai bertemu dengan Allah Swt. Dalam keadaan seperti itu, ia
akan menadapat salah satu dari dua kebaikan, hidup mulia atau mati syahid.
8. at-Tajarut
(loyalitas)
Tulus pada fikrah dan membersihkannya
dari prinsip-prinsip lain serta pengaruh orang lain.
9. al-Ukhuwwah (persaudaraan)
Ukhuwwah
merupkan wujud keimanan sedangkan perpecahan wujud dari kekufuran hendaknya
hati berpadu dan ruh berpadu dengan ikatan akidah, karena akidah adalah ikatan
yang paling kokoh dan paling mahal
10. At-tsiqah(kepercayaan)
Rasa puas seorang prajurit terhadap
pimpinannya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya, dengan kepuasan yang
mendalam dapat menimbulkan rasa cinta , penghargaan, penghormatan ketaatan[25]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ikwanul
Muslim merupakan organisasi Islam terbesar di Mesir dan merupakan organisasi
yang memiliki pengaruh besar di Mesir bahkan daerah Islam lainnya. Pendirian
ikwanul muslim dilatarbelakangi oleh besarnya pengaruh Inggris di Mesir, adanya
dekadensi moral akibat dominasi yang dilakukan inggris, kemudian juga monopoli
oleh Inggris. Hasan al-Banna adalah tokoh pendiri ikwanul muslim. Pergerakannya
awalnya dibidang sosial dan pendidikan kemudian meluas ke arah politik. Ikwanul
muslim pernah dibekukan pergerakannya karna dianggap melawan pemerintah. Dalam
organisasinya ihwanul muslim memiliki tugas-tugas tertentu disetiap bidangnya,
kemudian untuk menjadi seorang ikwan maka harus melakukan bai’at sebagai tanda
keseriusannya bergabung dengan organisasi tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Kadir Audah. Islam dan Perundang-Undangan, Jakarta, Bulan Bintang,
1984
Deny
Suito, Radikalisme Di Dunia Islam,
Cet. I, Jakarta : CCM, 2005
Fathi
Yakan, Revolusi Hasan al-Banna, Gerakan
Ikwanul Muslim dari Sayyid Quthb Sampai Rasyid al-Ghannusi, Jakarta:
Harakah, 1998
Harun
Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia,
Jakarta: Djambatan, 1992
Hussein
bin Muhammad bin Ali Jabir, Menuju
Jama’atul Muslim, terj. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Rabbani Press,
2008
Imam
Ghazali Said, Idiologi Kaum Fomdamentalis, cet. I,
Surabaya: Diantama, 2003
Khamami Zada, Diskursus
Politik Islam, Cet. I, Jakarta : LSIP, 2004
M.
Abdullah al-Khatib dan M. Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Ikhwan; Kajian Analitik Terhadap Risalah Ta’lim,Bandung:
Asy-Syamil, 2001
M.
Aunul Abid Syah, Islam Garda Depan Mosaik
Pemikiran Timur Tengah, Bandung: Mizan, 2001
Mokhtar
Efendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat,Palembang:
percetakan Universitas Sriwijaya, 20
Sa`id
Hawwa, Membina Angkatan Mujtahid,
edisi Indonesia, Cet. V, Solo : IKKAPI, 2005
Yusuf
al-Qardhawi, 70 tahun al-Ikhwan
al-Muslimun; kilas Balik dakwah Tarbiyah dan Jihad,Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 1999
[1] Abdul Kadir Audah. Islam dan
Perundang-Undangan, (Jakarta, Bulan Bintang, 1984), hal. 26-27
[2] Imam Ghazali Said, Idiologi
Kaum Fomdamentalis, cet. I,
(Surabaya: Diantama, 2003), hal. 152-153
[3] Hussein bin Muhammad bin Ali
Jabir, Menuju Jama’atul Muslim, terj.
Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, ( Jakarta: Rabbani Press, 2008), hal. 328
[5]Enam
orang tersebut adalah Hafidz Abdul Hamid berprofesi sebagai tukang kayu, Ahmad
al-Husyari berprofesi sebagai tukang potong rambut, Fuad Ibrahim berprofesi
sebagai penyewa dan montir sepeda dan Abdurrahman Hasbullah yang berprofesi
sebagai sopir.
[7]Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia,(Jakarta:
Djambatan, 1992), hal. 304
[8] Mokhtar Efendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat,
(Palembang: percetakan Universitas Sriwijaya, 2001), hal.. 309
[9]Fathi Yakan, Revolusi Hasan al-Banna, Gerakan Ikwanul Muslim dari Sayyid Quthb
Sampai Rasyid al-Ghannusi, (Jakarta: Harakah, 1998), hal. 14
[10] M. Aunul Abid Syah, Islam Garda Depan Mosaik Pemikiran Timur
Tengah, (Bandung: Mizan, 2001), hal. 58
[11]Lembaga
Pegkajian dan Penelitian WAMY, Gerakan Keagamaan dan pemikiran, terj. A.
Najiyullah, (Jakarta: al-Ittishom, 2002),
hal. 9
[13] Sa`id Hawwa, Membina Angkatan Mujtahid, edisi
Indonesia, Cet. V, (Solo : IKKAPI, 2005), hal. 46
[15] Deny Suito, Radikalisme Di Dunia Islam, Cet. I, ( Jakarta : CCM, 2005), hal. 66
[18] Hussein bin Muhammad bin Ali
Jabir, Menuju Jama’atul..., hal. 361
[19] Hussein bin Muhammad bin Ali
Jabir, Menuju Jama’atul..., hal.
363-364
[20] Yusuf al-Qardhawi, 70 tahun al-Ikhwan al-Muslimun; kilas
Balik dakwah Tarbiyah dan Jihad, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hal.
17
[21]ibid
[22]Fatih Yakan, Revolusi Hasan al-Banna..., hal. 22
[23]Hussein bin Muhammad bin Ali
Jabir, Menuju Jama’atul..., hal. 360
[25] M. Abdullah al-Khatib dan M.
Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran
Ikhwan; Kajian Analitik Terhadap Risalah Ta’lim, (Bandung: Asy-Syamil,
2001), hal. 21-199
0 komentar:
Posting Komentar